Tuesday, March 3, 2009

1001 warisan ibuku : gunakan kepalamu..

Sejak kecil, aku sudah terbiasa melakukan ibadah-ibadah sunnah. Seperti sholat malam, puasa sunnah, dan ibadah-ibadah sunnah yang lain. Jadi tidak heran, suatu malam, ketika ibu mengantarku tidur, beliau berkata akan membangunkan aku untuk sahur.

Yah, keesokan harinya kami berdua berpuasa sunnah. Kami berpuasa seperti biasa. Sampai sorenya, ketika aku sedang merapikan tumpukan buku-buku di kamar ibu, kutemukan selembar slip gaji. Disitu tertera berapa jumlah gaji pokok yang bisa diterima oleh ibu. Tapi sebagai seorang pegawai negeri, banyak sekali pembayaran yang dipotong langsung dari gaji pokok ibu. Ada potongan koperasi, potongan arisan, dan potongan-potongan yang lain.

Dan bulan itu ibu hanya menerima dua puluh ribu rupiah.

Akhirnya aku menemui beliau yang sedang duduk di teras rumah sambil memeriksa hasil ulangan murid-muridnya. Tapi seperti biasa, beliau seperti sudah tahu apa yang ada dalam kepalaku.

“Bu, ini kan hari rabu, puasa apa sih kita?”

Setelah diam beberapa lama, beliau menghela nafas dan berkata,
“Kamu sudah lihat slip gaji ibu ya? Kenapa? kamu takut kita menderita karena kelaparan? Maaf, tapi Ibu sengaja tidak memberitahu kamu tentang hal itu.

Begini Le, ibu mau tanya sama kamu, apa yang kamu rasakan sebelum kamu tahu bahwa kita berpuasa karena tidak ada yang bisa kita makan hari ini? Ibu yakin, kamu menjalankan puasa seperti biasa. Kamu lapar tapi kamu tidak merasa menderita. Iya kan?

Ini hidup kita Le. Kita yang mengatur, mau merasa bahagia atau malah menderita. Misalnya tadi, sebelum kamu tahu kalau kita sedang tidak punya uang, apakah kamu merasa menderita? kamu baru merasakannya setelah melihat slip gaji ibu yang hanya menyisakan dua puluh ribu kan?. Jadi kalau kepalamu tidak tahu bahwa kita sedang menderita, kamu tidak akan merasa sedang menderita. Yang bisa membuat kamu menderita, ya, kepalamu sendiri.

Lalu, apakah dengan tidak punya uang lantas membuat kita tidak bisa bahagia? Lagi-lagi coba gunakan kepalamu Le, apa kamu tidak merasa bahagia, masih bisa duduk di teras rumah, sore ini dan ngobrol sama ibu?

Coba mulai sekarang, belajar gunakan kepalamu dengan baik. Jangan mengotorinya dengan kata-kata yang membuatmu susah.

Yasudah, sana siap-siap buka. Besok temani ibu puasa sunnah lagi yah”

6 comments:

  1. wow..
    baru 1 dibaca aja..
    sangat ngenaaaaa..
    very nice..
    ;)

    ReplyDelete
  2. kadang emang pikiran kita yg menghancurkan diri kita sendiri

    KEKUATAN PIKIRAN HAT HAT HAT

    satu karya lagi dari JAWAKOH!!!!!
    kamoh HEBAT!!!

    ReplyDelete
  3. yoi setuju banget gue...
    the secret lah yah...
    ahahahaha...

    ReplyDelete
  4. Ehm... Jd inget kisah nyata soal terpidana mati di amerika. Mati krn pikirannya sendiri.

    Pdhl tim eksekutor cm menyuntiknya dg vitamin. Mengikatnya. Menggoreskan pergelangan tanganya dg benda tumpul yg bahkan tdk melukainya. Trakhir, meletakkan es batu di bwh kasurnya dan ad nampan di bwhnya hingga suara tetesan air es terdengar.

    Dokter hnya mengatakan bhw org it sdh disuntik obat penghlang rasa sakit.

    Ktika tangan di gores, dan es btu mencair... Org ini mulai berpikir bhw dlm wkt dkt dia akan mati kehabisan darah...

    Nafas semakin pendek, makin sesak, dan mati lemas.

    Dia mati karena pikirannya. Pdhl tangannya tdk terluka sama sekali...

    Be careful with your mind.

    Salam,

    ReplyDelete
  5. Djawaaa.....
    aku seperti melihat beliau dalam dirimu....
    sungguh ibu yang ..... (aku ga menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan beliau)
    teruslah menulis 1001 warisan ibuku ya..

    ReplyDelete