Tuesday, March 10, 2009

baiklah..

Percakapan itu..
Menumbuh tawa-tawa di malam buta. Sambung-menyambung lagu yang berakhir suara riang membahana. Padahal sebelumnya, kamu bahkan sudah lupa caranya menggambar senyuman. Jadi kubantu kau menarik ujung bibirmu kiri-kanan, sedikit gigi depan, dan indahnya akan bisa segera tergambar.

Pertemuan itu..
Mewujud dewi-dewi birahi. Merayuku. Membawaku ke ketinggian di tepi jalan Cisitu Lama. Di sebuah rumah beratap samudera. Aku menyerah. Melihat ayahmu, berlari mengejar kursi kuasa.

Aku mau. menemanimu. Mengisi mulut bersuara tinggi itu. Dengan asap. Dengan ratap. Dengan harap. Dengan lidahku. Menari bibir kita. Berpelukanlah mereka. Lumat-melumat seolah sudah akan kiamat. Tapi tidak. Tidak cukup banyak yang mau kau terima. Sejauh ini hanya sebatas "Hei, bangunkan aku jam sembilan kurang lima." Dan itu terlalu mudah.

Perpisahan itu..
Memaksaku berlajar bertahan. Seperti permainan yang semalam tidak bisa kuselesaikan. Mencari lagu lain, agar aku bisa segera melanjutkan dan tidak keluar barisan.

Kau bilang bukan waktu yang tepat..
Kubilang, aku takut tidak lagi akan sempat..

Kau bilang dipikiranmu masih ada dia..
Kubilang, di restuku hanya ada kamu.

Kau bilang pergilah..
Kubilang bangunlah..

Kau bilang mati saja
Kubilang, baiklah..

4 comments:

  1. hey ovi, makasi yah..walah, ya alhamdilillah kalo dibilang jenius..masih terus belajar nulis nih..(dan ngeblog)

    reni, makasi

    ReplyDelete
  2. aku jatuh cinta di kalimat-kalimat terakhir.

    ReplyDelete